Pengobatan Ejakulasi Dini/Ejakulasi Prematur (PE)

27 06 2009

ejakulasi diniDalam banyak hubungan antara suami dan istri bisa menyebabkan PE bila adalah masalah dlm hubungan tersebut (yang kurang harmonis). Dalam kasus seperti ini, pengobatan harus dibatasi pada konseling psikososial. Sebelum pengobatan dimulai, penting untuk membicarakan harapan  pasien terhadap pengobatan yang akan dilakukan secara langsung. Adanya disfungsi ereksi misalnya atau disfungsi seksual lain atau infeksi genitourinarius (yaitu prostatitis), harus diobati lebih dahulu atau diobati bersamaan dengan PE.

Beberapa teknik latihan (behavioural technique) telah menunjukkan kelebihan dalam mengobati PE dan diindikasikan untuk pasien yang tidak nyaman dengan terapi obat-obatan. Pada PE primer, teknik latihan ini tidak direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. Terapi PE primer mesti intensif, membutuhkan dorongan dari pasangan dan bisa saja sulit untuk melakukannya. Selain itu, hasil jangka panjang terapi dengan teknik latihan ini untuk PE belum diketahui

Terapi dengan obat-obatan merupakan terapi dasar untuk PE primer. Karena belum ada obat untuk PE yang diterima oleh EMEA atau FDA, maka semua terapi medis PE saat ini tidak diindikasikan. Hanya SSRI jangka panjang dan obat anestesi topical yang secara terus-menerus menunjukkan efikasi dalam pengobatan PE. Sekali lagi hasil jangka panjang untuk terapi obat-obatan belum diketahui.

1.Teknik psikologis/terapi tingkah laku.

Strategi tingkah laku/behavioural technique terutama yakni program “stop-start” yang dikembangkan oleh Semans dan modifikasinya dan teknik “squeeze, yang diusulkan oleh Master dan Johnson.

Pada program“stop-start” , pasangan merangsan penis sampai pasien merasa ingin ejakulasi. Pada titik ini, pasien menyuruh pasangannya untuk berhenti merangsang, tunggu sampai sensasi ingin ejakulasi itu lewat dan kemudian dirangsang lagi.

  • Teknik “squeeze” hampir sama dengan cara yang pertama namun pasangan menekan secara manual glans penis sesaat sebelum ejakulasi sampai pasien kehilangan sensasi untuk ejakulasi.

Kedua cara ini biasanya dilakukan dalam siklus 3 kali berhenti sebelum menuju orgasme. Teknik ini berdasarkan hipotesis bahwa PE terjadi karena seorang pria gagal untuk menyadari sensasi puncak yang muncul dan gagal mengenali perasaan untuk ejakulasi yang tidak dapat dihindarkan. Latihan yang berulang bisa memperlambat persambungan respon rangsang dengan secara perlahan memberikan kesempatan bagi pasien untuk lebih intensif dan stimulasi yang lebih lama, di lain pihak mempertahankan intensitas dan durasi stimulus dibawah ambang bats untuk memicu rangsangan. Keberhasilan teknik ini dapat mecapai 50-60 %

2. Obat anestesi topikal

Penggunaan anestesi lokal untuk menunda ejakulasi merupakan cara pengobatan farmakologi yang paling tua untuk ejakulasi dini. Beberapa penelitian mendukung hipotesis bahwa zat desensitisasi topikal menurunkan sensitivitas glans penis sehingga menunda ejakulasi secara laten, namun tidak berefek merugikan terhadap sensasi ejakulasi

  • Krim Lidokaian-prilokain

Obat ini dioleskan sekitar 20-30 menit sebelum berhubungan badan. Pemakaian yang berkepanjangan anestesi topical (30-40 menit) bisa menyebabkan hilangnya ereksi akibat penis yang mati rasa. Kondom biasanya diperlukan untuk menghindari menyebarnya zat anestesi lokal ke dalam dinding vagina yang menyebabkan pasangan juga mati rasa. Alternatif lain, kondom bisa diganti sebelum berhubungan badan dan penis dicuci bersih dari campuran zat aktif yang tersisa. Walaupun tidak ada efek samping berarti yang dilaporkan, anestesi topical dikontraindikasikan pada pasien atau pasangannya yang alergi dengan komponen obat ini. Obat ini juga bisa dikombinasi dengan sildenafil (50 mg sebelum koitus) dan efeknya lebih baik daripada dengan hanya sildenafil saja.

  • SS-krim

Obat ini merupakan anestesi lokal ang dibuat dari ekstrak sembilan herbal. Dioleskan pada glans penis 1 jam sebelumnya dan dicuci pada saat sebelum koitus.

3. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Obat ini dapat menunda ejakulasi bahkan telah menjadi pilihan pertama untuk pengobatan PE. SSRIs yang biasa digunakan untuk PE adalah citalopram, fluxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertralin, yang kesemuanya memiliki mekanisme farmakologi yang sama. Ejakulasi mulai tertunda beberapa hari setelah minum obat, namun kebanyakan menunjukkan 1 -2 minggu karena desensitisasi reseptor memerlukan waktu untuk terjadi. Efektifitasnya dapat dipertahankan selama beberapa tahun, penurunan respon terhadap obat setelah pemakaian jangka panjang dapat terjadi setelah 6 – 12 bulan.

Dapoxetin merupakan SSRI yang poten yang dirancang khusus untuk pemberian oral (on—demand) untuk ejakulasi dini. Dapoxetin diberikan 30 dan 60 mg 1 sampai 3 jam sebelum koitus.

4. Inhibitor Fosfodiesterase tipe-5.

Beberapa peneltian terbaru mendukung peranan terapeutik inhibitor PDE5 terhadap ejakulasi dini. Obat ini mungkin menurukan kecemasan yang menyebabkan ereksi yang lebih baik dan mungkin menurunkan ambang batas erektil ke tingkat yang lebih rendah sehingga keinginan yang lebih besar diperlukan untuk mencapai ambang batas ejakulasi. Namun, banyak mekanisme yang terlibat masih merupkan spekulasi. Obat yang sering dignakan adalah sildenafil. Jenis lain seperti tadalafil dan vardnafil datanya masih terbatas mengenai efikasinya dalam pengobatan PE.

5. Obat lain.

Blokade adrenergik untuk PE memiliki tujuan untuk menurunkan rangsang simpatetik terhadap traktus seminalis dan karena itu menunda ejakulasi. Tramadol merupakan zat analgetik yang berkerja secara sentral yang mengkombinaskan aktivasi reseptor opioid dan inhibisi re-uptake serotonin dan noradrenalin.

Penelitian juga mengusulkan bahwa antagonis alfa-1 adrenergik, terazosin dan alfulozin, tramadol memiliki efikasi yang sama dalam terapi PE. Namun saat ini belum direkomendasikan dalam praktek klinis.

Dikutip dari :Guideline on Erectile Disfunction and Prematur Ejaculation (EAU 2009)


Aksi

Information

3 responses

16 11 2009
Jangan Biarkan Wanita Gagal Orgasme « CATATAN PINGGIR DOKTER KESEPIAN

[…] ejakulasi dini. Baik tanpa obat maupun dengan obat. Gambaran metode pengobatannya dapat dilihat di catatan saya. Jangan biarkan para wanita terpaksa hanya bisa  menelan ludah karena gagal orgasme akibat para […]

17 11 2009
hadi purwanto

informasi ini sangat bagus, tapi yg saya alami adalah mungkin hipersensitiv di kepala penis sehingga kalau kedesek di vagina cepat keluar tapi kalau kedalamannya dijaga lama juga, tapi nggak merasakan nikmat, malah kaya push up/ olahraga,ini yang menadi masalah saya ber tahun2, olahraga cukup tapi nggak ada artinya ternyata, !!!

3 05 2011

Tinggalkan komentar